hover animation preload

Aplikasi Al-Qur'an, Doa, Dzikir, dan As Sunnah Kitab Hisnul Muslim
by Unknown in

Bismillah - Kami memuji Allah Subhaanallahu wa Ta'ala, Robb yang Esa, tidak ada Ilah yang berhaq disembah kecuali Dia. Shalawat dan salam semoga Allah limpahkan kepada Nabi Muhammad shalallahu 'alaihi wasallam, kepada keluarganya, kepada para shahabatnya dan para pengikutnya yang mengikutinya dengan baik hingga akhir jaman.
Hubungan antara hamba dengan Robb-nya tidak lepas dari Do'a dan Dzikir, kami berusaha sebisa mungkin untuk mempermudah sampainya tulisan Do'a-do'a dan dzikir kepada kaum muslimiin dalam bentuk ebook untuk HP java, yang bersumber dari Al-Qur'an dan As-Sunnah, ditulis oleh "Sa'id bin 'Ali bin Wahf Al-Qahthani" yaitu kitab "HISNUL MUSLIM".

Berikut Daftar Isi





Keutamaan Dzikir Do'a mengusir setan dan bisikannya Do'a kepada orang yang menawarkan hartanya untukmu
Bacaan ketika bangun dari tidur Do'a saat mengalami sesuatu yang tidak diinginkan Do'a untuk orang yang meminjami ketika membayar hutang
Do'a ketika mengenakan pakaian Ucapan bagi orang yang mendapatkan kelahiran dan jawabannya Do'a agar terhindar dari syirik
Do'a mengenakan pakaian baru Do'a perlindungan bagi anak Do'a untuk orang yang mengatakan: Baarakallahu fiika
Do'a untuk orang yang mengenakan pakaian baru Do'a kepada orang yang sakit Do'a menolak firasat buruk / sial
Bacaan ketika menaggalkan pakaian Keutamaan mengunjungi orang sakit Do'a naik kendaraan
Doa masuk WC Do'a orang sakit yang tidak bisa sembuh Do'a bepergian
Doa keluar dari WC Membimbing (talqin) orang yang sekarat Do'a masuk desa atau kota
Bacaan sebelum wudhu' Do'a saat terkena musibah Do'a masuk pasar
Bacaan setelah wudhu' Do'a saat memejamkan mata mayat Do'a apabila binatang tunggangan tergelincir
Bacaan ketika keluar rumah Do'a shalat jenazah Do'a musafir kepada orang yang ditinggalkan
Bacaan apabila masuk rumah Do'a untuk mayat anak kecil Do'a orang mukim kepada musafir
Do'a pergi ke masjid Do'a ta'ziah Takbir dan tasbih dalam perjalanan
Do'a masuk masjid Bacaan saat memasukkan mayat ke liang kubur Do'a musafir ketika menjelang Subuh
Do'a keluar dari masjid Do'a setelah mayat dimakamkan Do'a apabila mendiami suatu tempat, baik dalam bepergian atau tidak
Bacaan ketika mendengar adzan Do'a ziarah kubur Do'a apabila pulang dari bepergian
Do'a istiftah Do'a apabila ada angin ribut Bacaan apabila ada sesuatu yang menyenangkan atau menyusahkan
Do'a ruku' Do'a saat mendengar petir Keutamaan membaca shalawat
Do'a bangun dari ruku' Do'a untuk minta hujan Menyebarkan salam
Do'a sujud Do'a apabila hujan turun Apabila ada orang kafir mengucapkan salam
Do'a duduk antara dua sujud Bacaan setelah hujan turun Petunjuk ketika mendengar kokok ayam dan ringkikan keledai
Do'a sujud tilawah Do'a agar hujan berhenti Petunjuk apabila mendengar anjing menggonggong
Tasyahud Do'a melihat bulan sabit Mendo'akan kepada orang yang anda caci
Membaca shalawat Nabi - shalallahu 'alaihi wasallam - setelah tasyahud Do'a ketika berbuka bagi orang yang berpuasa Apabila memuji temannya
Do'a setelah tasyahud akhir sebelum salam Do'a sebelum makan Bacaan bila dipuji orang
Dzikir setelah shalat Do'a setelah makan Bacaan talbiyah
Do'a shalat istikharah Do'a tamu untuk orang yang menjamu makan Bertakbir pada setiap datang ke rukun Hajar Aswad
Dzikir pagi dan petang Do'a untuk orang yang memberi minum Do'a antara rukun Yamani dan Hajar Aswad
Dzikir menjelang tidur Do'a apabila berbuka di rumah orang lain Bacaan ketika di atas bukit Shafa dan Marwah
Do'a jika terbangun pada malam hari Do'a orang yang berpuasa apabila diajak makan Do'a pada hari Arafah
Do'a apabila ada yang menakutkan dalam tidur Ucapan orang yang puasa bila dicaci Bacaan di Masy'aril Haram
Apa yang dilakukan jika bermimpi buruk Do'a apabila melihat permulaan buah Bertakbir pada setiap melempar Jumrah
Do'a qunut witir Do'a ketika bersin Bacaan ketika kagum terhadap sesuatu
Dzikir setelah salam shalat witir Bacaan bila orang kafir bersin kemudian memuji Allah Yang dilakukan bila ada sesuatu yang menggembirakan
Do'a saat gundah dan berduka Do'a kepada pengantin Bacaan dan perbuatan apabila merasa sakit pada anggota badan
Do'a untuk kesedihan yang mendalam Do'a pengantin kepada dirinya Bacaan apabila takut mengenai sesuatu dengan matanya
Do'a saat bertemu musuh dan penguasa Do'a sebelum bersetubuh Bacaan ketika takut
Do'a saat takut menghadapi penguasa dzalim Do'a ketika marah Bacaan ketika menyembelih kurban
Do'a atas musuh Do'a apabila melihat orang yang mengalami cobaan Bacaan untuk menolak gangguan setan
Do'a saat takut terhadap suatu kaum / kelompok Bacaan dalam majelis Istighfar dan taubat
Do'a bagi yang mengalami keraguan dalam iman Do'a pelebur dosa majelis Keutamaan tasbih, tahmid, tahlil dan takbir
Do'a agar dapat melunasi hutang Do'a kepada orang yang berkata: Ghafarallaahu laka Bagaimana cara Nabi - shalallahu 'alaihi wasallam - membaca tasbih
Do'a saat ragu dalam shalat dan bacaannya Do'a untuk orang yang berbuat kebaikan padamu Beberapa adab dan kebaikan
Do'a orang yang mengalami kesulitan Cara menyelamatkan diri dari Dajjal Hadits-hadits lemah Hisnul Muslim
Ucapan orang yang melakukan dosa Do'a kepada orang berkata: Aku mencintaimu karena Allah Hukum menggunakan hadits lemah dalam beramal


Tampilan awal setelah download dan instal ke HP, aplikasi (ebook) ini akan minta serial number untuk mengaktifkannya, kita tinggal memasukan no.ID yang muncul dari aplikasi ini ke layanan serial number.

Isikan no.id yang ada di HP, ke kotak no.ID yang ada tulisan "ISI DI SINI", hapus tulisan tersebut dan ganti dengan no.ID yang didapat, kotak kedua (serial number) biarkan kosong, lalu klik tombol "Proses", setelah muncul serial numbernya, isikan ke HP persis seperti hasilnya.

Tampilan akan seperti ini






Sumber Referensi dari aplikasi ini :
1. hisnul muslim chm dari SINI
2. hisnul muslim pdf dari islamhouse.com
3. Perisai seorang Muslim penerbit Maktabah AL-GHUROBA'
4. al-islam.com
5. dll.

Sebelum download baca baik-baik cara mengaktifkannya
Download dari HP (internet aktif)
tinyurl.com/doadandzikir

Download via Komputer / dari HP langsung
Silahkan DOWNLOAD Aplikasinya.
Sumber: islami-jar.blogspot.com
Comments (0)

Pengobatan Alternatif Bekam Kota Pekalongan
by Unknown in

Mau bekam khusus akhwat? Jangan khawatir, karena Bekam khusus utuk akhwat telah hadir di Pekalongan. Tidak hanya untuk akhwat saja namun klinik sederhana ini juga melayani Bekam untuk Ikhwan di tempat dan ahli yang berbeda tentunya.

Bekam Center Khusus Akhwat
Alamat:
Jl. KH.Mansyur 8A Gg.2 Barat Masjid AL-Hikmah Podosugih Pekalongan Barat 
HP : 08139 1796 195
Praktik : 09.00 - 17.00

* Informasi ini akan terus kami update
Comments (0)

Keutamaan Puasa Sunnah 6 Hari di Bulan Syawal
by Unknown in , , ,

Dari Abu Ayyub al-Anshari radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

مَنْ صَامَ رَمَضَانَ ثُمَّ أَتْبَعَهُ سِتًّا مِنْ شَوَّالٍ كَانَ كَصِيَامِ الدَّهْرِ

“Barangsiapa yang berpuasa (di bulan) Ramadhan, kemudian dia mengikutkannya dengan (puasa sunnah) enam hari di bulan Syawwal, maka (dia akan mendapatkan pahala) seperti puasa setahun penuh.”[1]

Hadits yang agung ini menunjukkan keutamaan puasa sunnah enam hari di bulan Syawwal, yang ini termasuk karunia agung dari Allah kepada hamba-hamba-Nya, dengan kemudahan mendapatkan pahala puasa setahun penuh tanpa adanya kesulitan yang berarti[2].

Mutiara hikmah yang dapat kita petik dari hadits ini:

Pahala perbuatan baik akan dilipatgandakan menjadi sepuluh kali, karena puasa Ramadhan ditambah puasa enam hari di bulan Syawwal menjadi tiga puluh enam hari, pahalanya dilipatgandakan sepuluh kali menjadi tiga ratus enam puluh hari, yaitu sama dengan satu tahun penuh (tahun Hijriyah)[3].

Keutamaan ini adalah bagi orang yang telah menyempurnakan puasa Ramadhan sebulan penuh dan telah mengqadha/membayar (utang puasa Ramadhan) jika ada, berdasarkan sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam di atas: “Barangsiapa yang (telah) berpuasa (di bulan) Ramadhan…”, maka bagi yang mempunyai utang puasa Ramadhan diharuskan menunaikan/membayar utang puasanya dulu, kemudian baru berpuasa Syawwal[4].

Meskipun demikian, barangsiapa yang berpuasa Syawwal sebelum membayar utang puasa Ramadhan, maka puasanya sah, tinggal kewajibannya membayar utang puasa Ramadhan[5].

Lebih utama jika puasa enam hari ini dilakukan berturut-turut, karena termasuk bersegera dalam kebaikan, meskipun dibolehkan tidak berturut-turut.[6]

Lebih utama jika puasa ini dilakukan segera setelah hari raya Idhul Fithri, karena termasuk bersegera dalam kebaikan, menunjukkan kecintaan kepada ibadah puasa serta tidak bosan mengerjakannya, dan supaya nantinya tidak timbul halangan untuk mengerjakannya jika ditunda[7].

Melakukan puasa Syawwal menunjukkan kecintaan seorang muslim kepada ibadah puasa dan bahwa ibadah ini tidak memberatkan dan membosankan, dan ini merupakan pertanda kesempurnaan imannya[8].

Ibadah-ibadah sunnah merupakan penyempurna kekurangan ibadah-ibadah yang wajib, sebagaimana ditunjukkan dalam hadits-hadits yang shahih[9].

Tanda diterimanya suatu amal ibadah oleh Allah, adalah dengan giat melakukan amal ibadah lain setelahnya[10].

Penulis: Ustadz Abdullah Taslim, Lc.
Artikel www.muslim.or.id

Footnote:
  1. HSR Muslim (no. 1164).
  2. Lihat kitab Ahaadiitsush Shiyaam, Ahkaamun wa Aadaab (hal. 157).
  3. Lihat kitab Bahjatun Naazhirin (2/385).
  4. Pendapat ini dikuatkan oleh syaikh Muhammad bin Shaleh al-Utsaimin dalam asy Syarhul Mumti’ (3/100), juga syaikh Sulaiman ar-Ruhaili dan para ulama lainnya.
  5. Lihat keterangan syaikh Abdullah al-Fauzan dalam kitab “Ahaadiitsush shiyaam” (hal. 159).
  6. Lihat kitab asy Syarhul Mumti’ (3/100) dan Ahaadiitsush Shiyaam (hal. 158).
  7. Lihat kitab Ahaadiitsush Shiyaam, Ahkaamun wa Aadaab (hal. 158).
  8. Ibid (hal. 157).
  9. Ibid (hal. 158).
  10. Ibid (hal. 157).
Comments (0)

Sikap Seorang Muslim Menghadapi Musibah
by Unknown in ,

 Alhamdulillah, shalawat dan salam semoga senantiasa dilimpahkan kepada Nabi Muhammad, keluarga dan sahabatnya, amiin.
Saudaraku! Ucapkanlah:

إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُونَ اللَّهُمَّ أْجُرْنِى فِى مُصِيبَتِى وَأَخْلِفْ لِى خَيْرًا مِنْهَا

“Sesungguhnya kami adalah milik Allah, dan kamipun kepada-Nya akan kembali. Ya Allah karuniakanlah kami pahala atas ketabahan kami menerima musibah ini dan gantikanlah kami dengan yang lebih baik dibanding apa yang telah sirna karena musibah tersebut.”
Kembali negara kita dirundung musibah. Saudara-saudara kita umat Islam di negeri kita tercinta kembali mendapat cobaan. Gempa kembali menghancurkan bangunan, perumahan dan merenggut jiwa sebagian saudara kita dan melukai tubuh sebagian lainnya.
Jangan berkecil hati! Tetaplah berbaik sangka kepada Allah Ta’ala, dan tabahkanlah hatimu. Percayalah, bila anda tabah menerima musibah ini, tanpa keluh kesah, dan tetap berbaik sangka kepada suratan takdir ilahi ini, niscaya Allah memberikan jalan keluar terbaik bagi kita dan negeri kita. Bukan hanya jalan keluar yang terbaik, bahkan musibah ini berubah menjadi nikmat.

وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ بِشَيْءٍ مِّنَ الْخَوفْ وَالْجُوعِ وَنَقْصٍ مِّنَ الأَمَوَالِ وَالأنفُسِ وَالثَّمَرَاتِ وَبَشِّرِ الصَّابِرِينَ   {155} الَّذِينَ إِذَا أَصَابَتْهُم مُّصِيبَةٌ قَالُواْ إِنَّا لِلّهِ وَإِنَّـا إِلَيْهِ رَاجِعونَ {156} أُولَـئِكَ عَلَيْهِمْ صَلَوَاتٌ مِّن رَّبِّهِمْ وَرَحْمَةٌ وَأُولَـئِكَ هُمُ الْمُهْتَدُونَ . البقرة 155-157

“Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar, (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan, “Inna lillahi wa inna ilaihi raji’un.” Mereka itulah yang mendapatkan pujian dan rahmat dari Rabbnya, dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk.” (Qs. Al Baqarah: 155-157)
Saudaraku! Ummu Salamah radhiallahu ‘anha mengisahkan: Aku pernah mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“Barang siapa ditimpa musibah, selanjutnya ia berkata:

إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُونَ اللَّهُمَّ أْجُرْنِى فِى مُصِيبَتِى وَأَخْلِفْ لِى خَيْرًا مِنْهَا

“Niscaya Allah melimpahkan pahala kepadanya dalam musibah yang menimpanya itu dan menggantikannya dengan yang lebih baik dari apa yang telah sirna darinya.” Dan tatkala suamiku Abu Salamah meninggal dunia, akupun mengucapkan ucapan itu, sebagaimana yang diajarkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, dan ternyata Allah menggantikanku dengan yang lebih baik dari Abu Salamah, yaitu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.” (Riwayat Al Bukhari)
Benar, setelah masa ‘iddah Ummu Salamah berlalu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengutus utusan untuk melamar Ummu Salamah untuk dijadikan sebagai istri beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Allahu Akbar! Benar-benar pengganti yang lebih baik, dan bahkan tiada yang lebih baik darinya. Betapa tidak, mendapat kehormatan menjadi pendamping Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam semasa hidupnya di dunia, menjadi belahan jiwanya di dunia. Dan sudah barang tentu menjadi pendamping beliau di surga, di sisi Allah Ta’ala. Benar-benar beliau Ummu Salamah radhiallahu ‘anha mendapat karunia kebahagian di dunia dan akhirat.
Apa yang dialami oleh Ummu Salamah ini hanyalah contoh nyata dari apa yang dijanjikan Allah Ta’ala kepada orang-orang yang bersabar.
Dan bila saudara bertanya: Bila demikian adanya, maka apa yang mungkin kita peroleh sebagai ganti dari apa yang menimpa kita seklarang ini; rumah rusak, harta benda hancur berantakan, kerabat luka-luka dan mungkin meninggal dunia?
Jangan kawatir saudaraku! Ganti yang lebih besar telah Allah siapkan untuk anda, bila anda benar-benar bersabar menjalani musibah ini. Anda ingin tahu apa balasan yang telah menanti anda? Simaklah jawabannya dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam:

أُمَّتِى هَذِهِ أُمَّةٌ مَرْحُومَةٌ لَيْسَ عَلَيْهَا عَذَابٌ فِى الآخِرَةِ عَذَابُهَا فِى الدُّنْيَا الْفِتَنُ وَالزَّلاَزِلُ وَالْقَتْلُ. رواه أحمد وأبو داود وصححه الحاكم ووافقه الألباني

“Ummatku ini adalah ummat yang dirahmati, mereka semua tidak akan disiksa secara menyeluruh di akhirat, siksa mereka hanyalah terjadi di dunia, berupa berbagai kekacauan, gempa bumi dan pertumpahan darah yang menimpa mereka.” (Riwayat Ahmad, Abu Dawud, dan dinyatakan sebagaihadits shahih oleh Al Hakim dan disetujui oleh Al Albani)
gempaSaudaraku! Berbagai musibah yang silih berganti menimpa negeri kita, adalah sebagai tebusan atas berbagai kemaksiatan yang akhir-akhir ini merajalela di negeri kita. Pornografi, pornoaksi, riba, narkoba, tidak membayar zakat, dan memakan harta haram.
Mungkin anda akan berkata: Mengapa anda kok begitu pesimis dan berburuk sangka terhadap masyarakat dan negara anda sendiri?
Saudaraku! Ketahuilah bahwa saya tidak sedang berburuk sangka dan pesimis terhadap negeri dan masyarakat saya sendiri. Coba saudaraku sekalian membandingkan keadaan negeri kita sekitar 20 tahun silam dengan negeri kita sekarang. Jauh berbeda bukan?
Walaupun hati ini pilu, seakan hancur tersayat-sayat mengikuti berita musibah yang demikian bertubi-tubi dan silih berganti. Akan saya masih dapat menyaksikan sinar harapan yang tetap bercahaya bersama terbitnya mentari di setiap pagi hari.
Betapa tidak, walau kemaksiatan dan kemungkaran telah begitu meraja lela, akan tetapi Allah Ta’ala masih sudi menerima tebusan dari kita yang terwujud dalam bencana alam.
Andai Allah Ta’ala talah menutup pintu harapan dari negeri kita, niscaya Allah akan menunda semua musibah ini hingga di akhirat, dan hanya siksa nerakalah yang menanti kita. Mungkinkah anda mengharapkan kemungkinan ini yang menimpa negeri dan masyarakat anda?
Inilah sebagian dari hikmah yang dapat kita petik dari sikap Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam yang senantiasa memuji Allah, walaupun ditimpa kesusahan.
Sahabat ‘Aisyah radhiallahu ‘anha mengisahkan: Dahulu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bila mendapatkan hal yang beliau sukai, beliau mengucapkan:

الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِى بِنِعْمَتِهِ تَتِمُّ الصَّالِحَاتُ

“Segala puji hanya milik Allah Yang atas karunia-Nya segala kebaikan dapat terwujud.”
Dan bila mendapatkan hal yang tidak beliau sukai, beliau berkata:

الْحَمْدُ لِلَّهِ عَلَى كُلِّ حَالٍ

“Segala puji hanya milik Allah atas segala keadaan yang menimpa.” (Riwayat Ibnu Majah, Al Hakim dan dinyatakan sebagai hadits shahih oleh Al Albani)
Semoga bencana yang bertubi-tubi dan musibah yang silih berganti ini telah mengobarkan semangat dalam jiwa saudara sekalian untuk berjuang merintis perubahan. Hanya dengan perjuangan saudara-saudara sekalianlah negeri kita akan kembali makmur dan diselimuti oleh kemakmuran, kerahmatan dan kedamaian.

ذَلِكَ بِأَنَّ اللّهَ لَمْ يَكُ مُغَيِّرًا نِّعْمَةً أَنْعَمَهَا عَلَى قَوْمٍ حَتَّى يُغَيِّرُواْ مَا بِأَنفُسِهِمْ وَأَنَّ اللّهَ سَمِيعٌ عَلِيمٌ. الأنفال 53

“Yang demikian (siksaan) itu adalah karena sesungguhnya Allah sekali-kali tidak akan merubah suatu nikmat yang telah dianugerahkan-Nya kepada sesuatu kaum, pada diri mereka sendiri, dan sesungguhnya Allah Maha Pendengar lagi Maha Mengetahui.” (Qs. Al Anfaal: 53)
Dan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

إِنَّ النَّاسَ إِذَا رَأَوُا الْمُنْكَرَ لاَ يُغَيِّرُونَهُ أَوْشَكَ أَنْ يَعُمَّهُمُ اللَّهُ بِعِقَابِهِ. رواه أحمد وابن ماجة وصححه الألباني

“Sesungguhnya masyarakat bila mengetahui suatu kemungkaran lalu mereka tidak merubahnya, maka tidak lama lagi Allah akan menimpakan hukuman kepada mereka semua.” (Riwayat Ahmad, Ibnu Majah dan dinyatakan sebagai hadits shahih oleh Al Albani)
Saudaraku! Kunci perubahan negeri anda ada di tangan anda, bagaimana dan kapankah anda menggunakan kunci itu, sehingga negeri anda menjadi negeri yang penuh dengan kerahmatan dan kedamaiaan?
Kapan lagi bila bukan sejak sekarang? Tegakkanlah nahi mungkar dan sebarkanlah yang ma’ruf, niscaya bencana dan musibah yang selama ini setiap menemani negeri kita akan menyingkir.
Selamat berjuang.

Ustadz Muhammad Arifin Badri, M.A.
sumber: pengusahamuslim.com
Comments (0)

Apabila Ied Bertepatan Dengan Hari Jum’at
by Unknown in

اجتمع عيدان هذه السنة: يوم الجمعة وعيد الأضحى

Apabila Ied Bertepatan Dengan Hari Jum’at

Fatwa Al-lajnah Ad-Daaimah lilbuhuts wal Ifta’
Soal: Dua hari raya berkumpul tahun ini yaitu Hari Jum’at dan Iedul Adha, maka mana yang benar, apakah kami shalat dhuhur apabila kami tidak shalat Jum’at, atau bahwa shalat dhuhur itu gugur bila kami tidak shalat Jum’at? 
Jawab: Siapa yang shalat Ied di hari Jum’at maka ada rukhshoh (keringanan) baginya dalam meninggalkan hadir untuk shalat Jum’at pada hari itu kecuali Imam. Maka wajib atas Imam mendirikan shalat Jum’at dengan orang yang hadir untuk shalat Jum’at dari orang yang telah shalat Ied dan dengan orang yang tidak shalat Ied. Maka apabila tidak ada yang hadir seorang pun kepada Imam itu maka gugurlah kewajiban Jum’atnya dari sang Imam itu dan ia shalat dhuhur.
Mereka (para Ulama) berdalil dengan hadits riwayat Abu Dawud dalam Sunannya dari Iyas bin Abi Ramlah Asy-Syami, ia berkata, aku menyaksikan Mu’awiyah bin Abi Sufyan dia bertanya kepada Zaid bin Arqam dengan berkata, apakah kamu menyaksikan beserta Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dua hari raya berkumpul dalam satu hari?
Dia menjawab, ya.
Ia bertanya, lalu bagaimana beliau berbuat?
Dia menjawab,

{ صَلَّى النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الْعِيدَ ، ثُمَّ رَخَّصَ فِي الْجُمُعَةِ ، ثُمَّ قَالَ : مَنْ شَاءَ أَنْ يُصَلِّيَ فَلْيُصَلِّ } رَوَاهُ الْخَمْسَةُ إلَّا التِّرْمِذِيَّ ، وَصَحَّحَهُ ابْنُ خُزَيْمَةَ

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam shalat Ied kemudian memberi rukhshoh (keringanan) mengenai shalat Jum’at, kemudian beliau bersabda:

” مَنْ شَاءَ أَنْ يُصَلِّيَ فَلْيُصَلِّ

Siapa yang berkehendak untuk shalat (Jum’at) maka hendaklah ia shalat.” (Diriwayatkan oleh lima Imam kecuali At-Tirmidzi, dan dishahihkan oleh Ibnu Khuzaimah).
Dan para ulama berdalil pula dengan hadits riwayat Abu Dawud dalam Sunannya juga, dari Abi Hurairah radhiyallahu ‘anhu dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bahwa beliau bersabda:

{ قَدْ اجْتَمَعَ فِي يَوْمِكُمْ هَذَا عِيدَانِ فَمَنْ شَاءَ أَجْزَأَهُ عَنْ الْجُمُعَةِ ، وَإِنَّا مُجَمِّعُونَ }

“Sungguh telah berkumpul pada harimu ini dua hari raya, maka siapa yang berkehendak maka telah mencukupinya dari Jum’at, dan kami adalah orang-orang yang shalat Jum’at.”
Maka hal itu menunjukkan atas rukhshoh (keringanan) dalam berjum’at bagi orang yang telah shalat Ied pada hari itu. Dan diberitahukan tidak adanya rukhshoh (keringanan) bagi Imam, karena sabdanya dalam hadits:

“ وَإِنَّا مُجَمِّعُونَ “

“dan kami adalah orang-orang yang shalat Jum’at.”
Dan karena (berdasarkan) hadits riwayat Muslim dari An-Nu’man bin Basyir radhiyallahu ‘anhuma bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah membaca dalam shalat Jum’at dan Ied dengan surat Sabbihisma (Surat Al-A’la) dan Al-Ghasyiyah. Barangkali dua hari raya itu berkumpul dalam satu hari maka beliau membaca dua surat itu (Al-A’la dan Al-Ghasyiyah) dalam kedua shalat (Ied dan Jum’at).
Barangsiapa yang tidak menghadiri shalat Jum’at dari orang yang telah menyaksikan shalat Ied maka wajib atasnya untuk shalat dhuhur, sebagai perbuatan dengan umumnya dalil-dalil yang menunjukkan atas wajibnya shalat dhuhur atas orang yang tidak shalat Jum’at.

وبالله التوفيق وصلى الله على نبينا محمد وآله وصحبه وسلم .

Fatwa Al-lajnah Ad-Daaimah lilbuhuts wal Ifta’ (Komisi Tetap untuk Riset Ilmiyah dan Fatwa) soal kelima dari fatwa nomor 2358.

فتاوى اللجنة الدائمة للبحوث العلمية والإفتاء – (ج 8 / ص 296)

السؤال الخامس من الفتوى رقم ( 2358 )

اللجنة الدائمة للبحوث العلمية والإفتاء

عضو … عضو … نائب رئيس اللجنة … الرئيس

عبد الله بن قعود … عبد الله بن غديان … عبد الرزاق عفيفي … عبد العزيز بن عبد الله بن باز

Comments (0)

Tiga Pokok Kebahagiaan
by Unknown in

Ibnul Qayyim rahimahullah berkata,
“Ada tiga pokok yang menjadi pondasi kebahagiaan seorang hamba, dan masing-masingnya memiliki lawan. Barangsiapa yang kehilangan pokok tersebut maka dia akan terjerumus ke dalam lawannya. [1] Tauhid, lawannya syirik. [2] Sunnah, lawannya bid’ah. Dan [3] ketaatan, lawannya adalah maksiat. Sedangkan ketiga hal ini memiliki satu musuh yang sama yaitu kekosongan hati dari rasa harap di jalan [ketaatan kepada] Allah dan keinginan untuk mencapai balasan yang ada di sisi-Nya serta ketiadaan rasa takut terhadap-Nya dan hukuman yang dijanjikan di sisi-Nya.” (al-Fawa’id, hal. 104)
Tauhid Mengantarkan Menuju Bahagia
Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Orang-orang yang beriman dan tidak mencampuri iman mereka dengan kezaliman/syirik, mereka itulah yang akan mendapatkan keamanan dan mereka itulah orang-orang yang diberikan petunjuk.” (QS. al-An’aam: 82). Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya Allah mengharamkan neraka atas orang yang mengucapkan la ilaha illallah dengan ikhlas mengharapkan wajah Allah.” (HR. Bukhari dan Muslim). Abdullah Ibnu Mubarak rahimahullah berkata, “Betapa banyak amalan kecil menjadi besar karena niat (yang ikhlas), dan betapa banyak amalan besar menjadi kecil karena niat (yang tidak ikhlas).”
Syirik Mengantarkan  Menuju Sengsara
Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Sesungguhnya barangsiapa yang mempersekutukan Allah maka sungguh Allah haramkan atasnya surga dan tempat tinggalnya adalah neraka, dan tiada seorang penolongpun bagi orang-orang yang zalim itu.” (QS. al-Maa’idah: 72). Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Barangsiapa yang berjumpa dengan Allah dalam keadaan mempersekutukan Allah dengan sesuatu apapun maka dia pasti masuk neraka.” (HR. Muslim).
Sunnah Mengantarkan Menuju Bahagia
Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Katakanlah (Muhammad); Jika kalian mencintai Allah, maka ikutilah aku, niscaya Allah akan mencintai kalian dan mengampuni dosa-dosa kalian.” (QS. Ali Imran: 31). Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Islam itu datang dalam keadaan asing dan akan kembali menjadi asing sebagaimana datangnya, maka beruntunglah orang-orang yang asing.” (HR. Muslim). Imam Malik rahimahullah berkata, “Sunnah adalah [laksana] bahtera Nabi Nuh, barangsiapa yang menaikinya akan selamat, dan barangsiapa yang tertinggal akan tenggelam.”
Bid’ah Mengantarkan Menuju Sengsara
Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Barangsiapa yang menentang rasul setelah jelas baginya petunjuk dan dia justru mengikuti selain jalan orang-orang beriman, niscaya akan Kami biarkan dia terombang-ambing dalam kesesatannya dan Kami pun akan memasukkannya ke dalam Jahannam, dan sesungguhnya Jahannam itu adalah seburuk-buruk tempat kembali.” (QS. an-Nisaa’: 115). Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sejelek-jelek urusan adalah yang diada-adakan -dalam agama-, [dan setiap yang diada-adakan itu adalah bid'ah] dan setiap bid’ah pasti sesat [dan setiap kesesatan di neraka].” (HR. Muslim, tambahan dalam kurung dalam riwayat Nasa’i)
Ketaatan Mengantarkan Menuju Bahagia
Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Barangsiapa yang taat kepada Allah dan rasul-Nya sungguh dia akan mendapatkan keberuntungan yang sangat besar.” (QS. al-Ahzab: 71). Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Semua umatku pasti masuk surga, kecuali yang enggan.” Para sahabat pun bertanya, “Siapakah orang yang enggan itu wahai Rasulullah?”. Beliau menjawab, “Barangsiapa mentaatiku masuk surga dan barangsiapa yang mendurhakaiku maka dialah orang yang enggan itu.” (HR. Bukhari). Ibnu Abbas radhiyallahu’anhuma berkata, “Allah menjamin bagi siapa saja yang membaca al-Qur’an dan mengamalkan ajaran yang ada di dalamnya bahwa dia tidak akan sesat di dunia dan tidak akan celaka di akherat.”
Kemaksiatan Mengantarkan Menuju Sengsara
Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Barangsiapa yang durhaka kepada Allah dan rasul-Nya sungguh dia telah tersesat dengan kesesatan yang amat nyata.” (QS. al-Ahzab: 36). Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Surga diliputi dengan perkara-perkara yang tidak disenangi nafsu (ketaatan) sedangkan neraka diliputi dengan perkara-perkara yang disenangi nafsu (kemaksiatan).” (HR. Bukhari dan Muslim)
Hilangnya Harapan dan Rasa Takut
Sementara ketiga hal di atas -tauhid, sunnah, dan ketaatan- memiliki satu musuh yang sama yaitu ketiadaan rasa harap dan rasa takut. Yaitu ketika seorang hamba tidak lagi menaruh harapan atas apa yang Allah janjikan dan tidak menyimpan rasa takut terhadap ancaman yang Allah berikan. Akibat ketiadaan harap dan takut ini maka timbul berbagai dampak yang membahayakan. Di antara dampaknya adalah; [1] terlena dengan curahan nikmat sehingga lalai dari mensyukurinya, [2] sibuk mengumpulkan ilmu namun lalai dari mengamalkannya, [3] cepat terseret dalam dosa namun lambat dalam bertaubat, [4] terlena dengan persahabatan dengan orang-orang saleh namun lalai dari meneladani mereka, [5] dunia pergi meninggalkan mereka namun mereka justru senantiasa mengejarnya, [6] akherat datang menghampiri mereka namun mereka justru tidak bersiap-siap untuk menyambutnya. Ibnul Qayyim rahimahullah menerangkan bahwa ketiadaan rasa harap dan takut ini bersumber dari lemahnya keyakinan. Lemahnya keyakinan itu timbul akibat lemahnya bashirah/pemahaman. Dan lemahnya bashirah itu sendiri timbul karena jiwa yang kerdil dan rendah (lihat al-Fawa’id, hal. 170).
Bersihkan Jiwamu!
Jiwa yang kerdil dan rendah akan merasa puas dengan perkara-perkara yang hina, sementara jiwa yang besar dan mulia tentu hanya akan puas dengan perkara-perkara yang mulia (lihat al-Fawa’id, hal. 170). Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Sungguh berbahagia orang yang menyucikan jiwanya dan sungguh merugi orang yang mengotorinya.” (QS. asy-Syams: 9-10). Syaikh as-Sa’di rahimahullah berkata, “Yaitu orang yang menyucikan jiwanya dari dosa-dosa dan membersihkannya dari aib-aib, lalu dia meninggikannnya dengan ketaatan kepada Allah serta memuliakannya dengan ilmu yang bermanfaat dan amal saleh.” (Taisir al-Karim ar-Rahman, hal. 926). Syaikh Ibnu Utsaimin rahimahullah berkata, “Yang dimaksud penyucian di sini ialah dia menyucikan dirinya dengan cara membebaskannya dari syirik dan noda-noda maksiat, sehingga jiwanya menjadi suci dan bersih.” (Tafsir Juz ‘Amma, hal. 165)
Dari sinilah, kita menyadari betapa besar peran ilmu yang diamalkan. Oleh sebab itu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengajarkan kepada kita untuk senantiasa berdoa seusai sholat Subuh dengan doa yang sangat indah, Allahumma inni as’aluka ‘ilman nafi’an wa rizqan thayyiban wa ‘amalan mutaqabbalan. Yang artinya; “Ya Allah, aku memohon kepada-Mu ilmu yang bermanfaat, rezki yang baik, dan amalan yang diterima.” (HR. Ahmad dan Ibnu Majah). Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda, “Barangsiapa yang dikehendaki baik oleh Allah niscaya akan dipahamkan dalam urusan agamanya.” (HR. Bukhari dan Muslim). Sedangkan ilmu dan pemahaman seorang hamba tentang agamanya diukur dengan rasa takutnya kepada Allah. Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Sesungguhnya yang merasa takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya hanyalah orang-orang yang berilmu.” (QS. Fathir: 28). Ibnu Mas’ud radhiyallahu’anhu berkata, “Cukuplah rasa takut kepada Allah sebagai bukti ilmu -seseorang-.”
Penulis: Abu Mushlih Ari Wahyudi
Artikel www.muslim.or.id
Comments (0)